Thursday, February 14, 2013

PETA (Pembela Tanah Air)

  Latar Belakang Jepang Mendirikan PETA

Penyerahan tanpa syarat Letnan Jenderal H. Ter Poorten, Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda kepada pimpinan tentara Jepang Letnan Jenderal Hitoshi Imamura yang terjadi pada tanggal 8 Maret 1942, hal ini menandai berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia yang kemudian digantikan oleh pemerintahan pendudukan Jepang. Dengan begitu Indonesia memasuki periode baru, yaitu periode pendudukan Jepang. Berbeda dengan zaman Hindia Belanda yang hanya terdapat satu pemerintahan sipil, pada zaman pendudukan Jepang terdapat tiga pemerintahan militer pendudukan yaitu sebagai berikut:
a.     Pemerintahan Militer Angkatan Darat atau Rikugun (Tentara ke-25) untuk daerah Jawa dan Madura dengan pusatnya di Jakarta.
b.    Pemerintahan Militer Angkatan Darat atau Rikugun (Tentara ke-16) untuk daerah Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu dengan pusatnya di Bukittinggi.
c.     Pemerintahan Militer Angkatan Laut atau Kaigun (Armada Selatan ke-2) untuk daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Irian dengan pusatnya di Makassar.
Pada awal mulanya pemerintahan Jepang di Indonesia, tentara Jepang membentuk pemerintahan militer di Pulau Jawa yang bersifat sementara, hal ini sesuai dengan Osamu Seirei (Undang-undang yang dikeluarkan oleh Panglima tentara ke-16) No. 1 Pasal 1 yang dikeluarkan pada tanggal 7 Maret 1942. Undang-undang tersebut kemudian menjadi pokok dari peraturan-peraturan ketatanegaraan Jepang di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang tersebut, dapat diketahui bahwa jabatan Gubernur Jenderal pada zaman Hindia belanda dihapuskan. Segala kekuasaan yang sebelumnya dipegang oleh Gubernur Jenderal kemudian diganti oleh panglima tentara Jepang di Jawa.
Undang-undang tersebut juga mengisyaratkan bahwa pemerintahan pendudukan Jepang berkeinginan untuk terus menggunakan aparat pemerintahan sipil beserta para pegawainya. Hal itu dimaksudkan agar pemerintahan dapat berjalan terus dan kekacauan dapat dicegah. Akan tetapi, pemimpin-pemimpin dari pusat sampai daerah dipegang oleh tentara-tentara Jepang.
Koordinator pemerintahan setempat disebut dengan Gunsebu. Misalnya di wilayah Jawa Barat pusat koordinator berada di Bandung. Pada setiap Gunsebu ditempatkan beberapa komandan militer. Mereka mendapat tugas untuk memulihkan ketertiban dan keamanan, menanam kekuasaan, dan membentuk pemerintahan setempat. Mereka juga diberi wewenang untuk memecat para pegawai bangsa Belanda. Namun, usaha untuk membentuk pemerintahan setempat ternyata tidak berjalan dengan lancar. Jepang kekurangan tenaga pemerintahan  yang sebenarnya telah dikirimkan dari Negara Jepang, tapi dalam perjalanan menuju Indonesia dengan menggunakan kapal laut, kapal mereka tenggelam karena diserang oleh Sekutu dengan menggunakan torpedo. Oleh karena itu, dengan terpaksa diangkat pegawai-pegawai bangsa Indonesia. Hal itu tentunya menguntungkan pihak Indonesia karena memperoleh pengalaman dalam bidang pemerintahan.
Di Jawa Barat, para pembesar militer Jepang menyelenggarakan pertemuan dengan para anggota Dewan Pemerintah Daerah dengan bertujuan untuk menciptakan suasana kerja sama yang baik. Gubernur Jawa Barat, Kolonel Matsui, didampingi oleh R. Pandu Suradiningrat sebagai wakil gubernur, sedangkan Atik Suardi diangkat sebagai pembantu wakil gubernur.

Pada tanggal 19 April 1942 diangkat residen-residen berikut ini:
1.        R. Adipati Aria Hilman Djajadiningrat di Banten (Serang)
2.        R. A. A. Surjadjajanegara di Bogor
3.        R. A. A. Wiranatakusuma di Priangan (Bandung)
4.        Pangeran Ario Suriadi di Cirebon
5.        R. A. A. Surjo di Pekalongan
6.        R. A. A. Sudjiman Martadiredja Gandasubrata di Banyumas

Di kota Batavia, sebelum namanya diubah menjadi Jakarta, H. Dahlan Abdullah diangkat sebagai kepala pemerintahan daerah Kotapraja, sedangkan jabatan kepala polisi diserahkan kepada Mas Sutandoko.
Di Jawa Tengah, hal yang sama juga dilakukan oleh pemerintah Jepang. Jabatan gubernur berada di tangan orang Jepang, yaitu Letnan Kolonel Taga yang berkedudukan di Semarang. Sementara itu, tugas melaksanakan pemerintahan sehari-hari untuk di daerah Yogyakarta, yang pada saat itu dinyatakan sebagai pusat organisasi pemerintahan militer di Jawa tengah, masih dipercayakan kepada pejabat Belanda, Dr. L. Adam. Namun masih dalam pengawasan  yang sangat ketat oleh pembesar-pembesar militer Jepang.
Selain itu pasukan Jepang selalu berusaha untuk dapat memikat hati rakyat Indonesia, hal ini dilakukan dengan tujuan agar rakyat Indonesia memberi bantuan kepada pasukan Jepang dalam perang di Asia Timur Raya. Oleh karena itu untuk menarik simpati rakyat Indonesia pemerintah Jepang membentuk organisasi-organisasi resmi, salah satunya adalah organisasi Pembela Tanah Air (PETA).
PETA (Pembela Tanah Air) resmi didirikan pada tanggal 3 Oktober 1943, menjelang berakhirnya latihan kemiliteran angkatan kedua dari Heiho. Jumlah personil 66 Batalion di Jawa 3 Batalion di Bali Sekitar 20,000 personel di Sumatera Markas Bogor, Jawa. Pada saat itu keluar perintah dari Panglima Letnan Jenderal Kumakici Harada kepada Tokubetsu Han untuk membentuk Tentara PETA. Namun, pemerintah Jepang mempunyai inisiatif agar pembentukan Tentara PETA tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga seolah-olah merupakan usulan dari rakyat Indonesia. Selanjutnya dipilihlah Gatot Mangukupraja, seorang nasionalis yang bersimpati kepada Jepang, dalam hal ini Gatot ditugaskan untuk mengajukan permohonan kepada Gunseikan (kepala pemerintahan militer Jepang) supaya dibentuk tentara PETA yang anggotanya terdiri dari rakyat Indonesia saja. Kemudian pada tanggal 7 September 1943, Gatot Mangukupraja mengirimkan surat permohonan kepada Gunseikan, tidak lama kemudian permohonan itu dikabulkan oleh pemerintah Jepang dengan peraturan yang disebut Osamu Seirei No. 44, tenggal 3 Oktober 1943.
Tujuan awal dari pembentukan organisasi PETA tersebut adalah untuk memenuhi kepentingan peperangan Jepang di Lautan Pasifik, yakni Membela Indonesia dari serangan Blok Sekutu. Ada pendapat lain bahwa pembentukan PETA merupakan strategi Jepang untuk membangkitkan semangat patriotisme dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan PETA berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Namun dalam perkembangan selanjutnya, PETA justru sangat besar manfaatnya bagi bangsa dan Negara Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Beratus-ratus kaum terpelajar Indonesia mencatatkan diri untuk diterima sebagai prajurit pembela tanah air. Mereka yang diterima, dalam waktu singkat disiapkan untuk menjalani latihan-latihan militer dari opsir-opsir Jepang di kota masing-masing. Mereka dikumpulkan dalam asrama-asrama khusus yang disebut Daidan, dipimpin oleh seorang Daidanco. Hampir di tiap kota di Jawa ada Daidan untuk prajurit pembela tanah air.
Organisasi PETA tidak secara resmi menjadi bagian dari balatentara Jepang melainkan dimaksudkan sebagai pasukan gerilya pembantu guna melawan pihak sekutu dalam perang Asia Pasifik. Korps perwiranya meliputi para pejabat, para guru, para kyai dan orang-orang Indonesia yang sebelumnya menjadi serdadu kolonial Belanda. Di antara mereka adalah seorang bekas guru sekolah Muhammadiyah yang bernama Soedirman, yang kemudian akan menjadi seorang tokoh militer terkemuka pada masa revolusi. Disiplin PETA sangat ketat dan ide-ide nasionalis Indonesia dimanfaatkan dalam indoktrinasi.

Peran PETA dalam Memperjuangkan Negara Indonesia

Perhatian dan minat dari para pemuda Indonesia ternyata sangat besar, terutama para pemuda yang telah mendapatkan pendidikan di sekolah menengah dan yang telah bergabung dengan Seinendan. Di dalam PETA terdapat Lima macam tingkat kepangkatan, yaitu
1.      Daidanco (komandan batalyon), dipilih dari tokoh-tokoh masyarakat seperti pegawai pemerintah, pemimpin agama, pamongraja, politikus, dan penegak hukum
2.      Cudanco (komandan kompi), dipilih dari kalangan yang sudah memiliki pekerjaan namun masih belum mencapai pangkat yang tinggi, seperti guru dan juru tulis.
3.      Shodanco (komandan peleton), dipilih dari kalangan pelajar sekolah lanjutan pertama atau sekolah lanjutan atas.
4.      Budanco (komandan regu), dipilih dari kalangan pemuda yang pernah bersekolah dasar
5.      Giyuhei (prajurit sukarela) dari kalangan pemuda yang belum pernah mengenyam pendidikan.

Para pemuda yang menjadi anggota PETA dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) mereka yang menjadi anggota PETA dengan semangat yang tinggi. (2) mereka yang menjadi anggota PETA yang dipengaruhi oleh orang lain. (3) mereka yang menjadi anggota PETA dengan perasaan acuh tak acuh. Para anggota PETA mendapat pendidikan militer di Bogor pada lembaga Jawa Boei Giguyun Kanbu Renseitai (Korps Latihan Pemimpin Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa). Nama pendidikan itu kemudian berubah menjadi Jawa Boei Giguyun Kanbu Kyoikutai (Korps Pendidikan Pemimpin Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa). Setelah mendapat pendidikan itu kemudian para tentara PETA ditempatkan pada daidan-daidan yang tersebar di Jawa, Madura, dan Bali.
Sumbangsih dan peranan tentara PETA dalam masa Perang Kemerdekaan Indonesia sangatlah besar. Demikian juga peranan mantan Tentara PETA dalam kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden Soeharto dan Jendral Besar Soedirman. Mantan Tentara PETA menjadi bagian penting pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI), mulai dari Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI) hingga TNI. Untuk mengenang perjuangan Tentara PETA, pada tanggal 18 Desember 1995 diresmikan monumen PETA yang letaknya di Bogor, bekas markas besar PETA.
Dalam perkembangannya, beberapa anggota PETA mulai kecewa terhadap Balatentara Jepang, hal ini dikarenakan pemerintah Jepang yang semula memberikan janji masa depan yang cerah bagi rakyat Indonesia, namun pada kenyataannya justru membuat rakyat Indonesia semakin sengsara. Sehingga timbullah pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh para anggota PETA.
Pemberontakan-pemberontakan tersebut paling besar terjadi di Blitar Jawa Timur. Pada tanggal 14 Februari 1945 terjadi perlawanan oleh PETA di bawah pimpinan Supriyadi (putra Bupati Blitar) dan kawan-kawannya yang terjadi dalam Daidan Surakmad. Motif utama dalam perlawanan ini adalah kemarahan dan ketidakpuasan tentara Peta terhadap pemerintah pendudukan Jepang. Mereka melihat kenyataan dalam kehidupan masyarakat terdapat adanya penderitaan rakyat di mana-mana, terutama disekitar tempat tugas mereka. Dalam memimpin perlawanan ini Supriyadi dibantu oleh Dr. Ismail, Mudari, dan Suwondo.
Pada tanggal 29 Februari 1945 dinihari mulailah Supriyadi dengan teman-temannya para anggota PETA bergerak. Mereka melepaskan tembakan mortar, senapan mesin, dan granat dari daidan, lalu bergerak ke luar dengan senjata lengkap. Setelah pihak Jepang mengetahui tentang gerakan pemberontakan itu, maka dengan cepat didatangkan pasukan-pasukan Jepang. Pasukan ini juga dipersenjatai tank, dan pesawat udara. Mereka terus menduduki Kota Blitar, yang pada waktu itu telah menjadi sunyi-senyap, karena lalu lintas biasa terhenti dan rakyat bersembunyi atau menyingkir. Rumah Daidanco dan Cudanco semuanya dijaga oleh Jepang: Daidan pun telah didudukinya. Daidanco sebenarnya sudah jadi tawanan Jepang, dan dari Daidanco tawanan ini ke luar perintah –perintah yang ditunjukkan kepada anggota-anggota yang belum terkumpul kembali, termasuk Cudanco Suyatmo, untuk melaporkan diri.
       Pada perlawanan ini, orang-orang Jepang yang ada di Blitar dibunuh, perlawanan ini benar-benar mengejutkan bagi Jepang terlebih lagi pada saat itu Jepang terus-menerus mengalami kekalahan dalam Perang Asia Timur Raya. Kemudian Jepang mengepung kedudukan Supriyadi dan kawan-kawannya, namun pasukan Supriyadi tatap melakukan perlawanan dan menjalankan aksinya, maka terjadilah pertempuran. Tembak-tembakan senjata berat terjadi antara tentara-tentara Jepang dengan para tentara PETA, dengan terjadinya keadaan seperti ini membingungkan Jepang dan membuatnya terjepit.
Menghadapai kegigihan tekad pihak pemberontak tersebut, maka Komandan pasukan Jepang Kolonel Katagiri menjalankan cara yang lembut untuk menundukkan Supriyadi beserta kawan-kawannya dari PETA, tapi pada sesungguhnya cara yang dilakukan oleh pasukan Jepang tersebut merupakan suatu tipu muslihat dengan menyerukan agar para pemuda-pemuda Blitar yang mengadakan perlawanan tersebut untuk menyerah saja dan kemudian akan dijamin keselamatannya serta akan dipenuhi permintaannya oleh pemerintah Jepang.
          Tipuan Jepang tersebut ternyata berhasil dan akibatnya banyak anggota PETA yang menyerah. Pasukan PETA yang menyerah tersebut tidak luput dari hukuman Jepang dan beberapa orang diantaranya dijatuhi hukuman mati, ada pula yang meninggal karena siksaan dari tentara-tentara Jepang. Adapaun nasib Supriyadi dalam perlawanan itu belum diketahui secara jelas dan pasti, ada kemungkinan beliau tertangkap dan disiksa sampai menemui ajalnya. Peristiwa ini sangat dirahasiakan oleh pemerintah Jepang sehingga tidak tercium oleh pihak luar.
          Pemberontakan di Blitar adalah pemberontakan yang paling besar terjadi di dalam PETA, akan tetapi menurut perkiraan telah terjadi pemberontakan lainnya yang lebih kecil, yang disembunyikan oleh Jepang. Pemberontakan tersebut adalah pemberontakan dalam batalyon daerah Cilacap. Di Gumilir, di luar Kota Cilacap, ditempatkan satu Cudan (kompi) PETA dari daidan Cilacap yang dipimpin oleh Sutirto. Pemimpin regu (Budanco) Kusaeri bersama-sama dengan Suwab, Wasirun, Hadi, Mardiyono, Sarjono, Udi, S. Wiryosukarto, Taswan dan Sujud tampil memelopori pemberontakan tersebut.
          Setelah Kusaeri dengan teman-temannya bersepakat untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang, terlebih dahulu ia mendatangai orang Kyai yang terkenal di daerah itu guna mendapatkan bantuan batin, yaitu Kyai Bugel di Lebeng daerah Cilacap, Kyai Juhdi di Rawalo dan Kyai H. Muhammad Sidik di daerah Banjarnegara. Kusaeri menerima wejangan-wejangan dan benda-benda yang dipandang mengandung nilai magis. Dalam pertemuan Kusaeri dengan kawan-kawannya pada tanggal 5 April 1945 di belakang gudang munisi diputuskan bahwa pemberontakan akan dimulai pada tanggal 21 April 1945 pukul 23.00.
          Sesuai dengan rencananya, anggota bagian persenjataan yang bersikap ragu-ragu lalu disergap dan diikat kedua tangannya sehingga gudang senjata dapat dibukanya. Sejumlah 215 orang PETA lengkap dengan persenjataan dan munisinya bergerak ke luar asrama PETA Gumilir menuju Gunung Srandil yang akan digunakan sebagai basis gerakannya. Panggilan Daidanco Sutirto agar mereka kembali tidak dihiraukannya. Jepang berpendapat bahwa pemberontakan itu telah diketahui oleh Daidanco PETA Kroya, Sudirman. Oleh karenanya, Sudirman diperintahkan untuk berangkat bersama opsir Jepang guna memadamkan pemberontakan tersebut. Namun, Daidanco Sudirman bersedia membantu dengan syarat:
a.Kampung-kampung yang dipergunakan sebagi tempat persembunyian Kusaeri dan kawan-kawannya tidak boleh ditembaki.
b.      Prajurit-prajurit PETA yang menyerah tidak boleh disiksa.
Kemudian pihak Jepang menerima dan menjamin persyaratan tersebut. Akhirnya Sudirman menuju ke tempat para pemberontak bersama opsir-opsir Jepang. Setelah sampai Sudirman melalukan panggilan terhadap Kusaeri beserta kawan-kawannya. Pemberontakan dapat diselesaikan dengan baik dan mereka tidak dihadapkan ke siding pengadilan militer Jepang. Sedangkan tanggung jawab selanjutnya adalah pada daidanco PETA Cilacap. Namun, pada tanggal 25 April 1945 Kusaeri tertangkap di Desa Adipala dalam perjalanan menuju Cilacap. Ia diikat dan ditelungkupkan dalam mobil dengan dua orang Jepang duduk di atas punggungnya. Selama dua minggu di Cilacap ia terus menerus diperiksa oleh Jepang, kemudian pada tanggal 10 Mei 1945 Kusaeri dengan 18 orang temannya termasuk Kyai Bugel di bawa ke Jakarta oleh Jepang. Kusaeri divonis hukuma mati, sedangkan lainnya ada yang dihukum seumur hidup dan hukuman 15 tahun penjara, diantara mereka ada yang menderita lumpuh di dalam tahanan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendudukan Jepang di Indonesia tidak dapat diterima, di samping adanya perlawanan-perlawanan tersebut, para tentara-tentara Jepang juga sempat mengadakan pembunuhan secara besar-besaran terhadap masyarakat lapisan terpelajar di daerah Kalimantan Barat. Tidak kurang dari 20.000 orang yang meninggal akibat dibunuh oleh para tentara Jepang, hanya sebagian kecil saja yang dapat menyelamatkan diri dan lari ke Pulau Jawa.
Kemungkinan besar, politik pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh para tentara Jepang tersebut merupakan persiapan kolonisasi orang-orang Jepang kelak di kemudian hari. Alasan semula, berasal dari kecurigaan pemerintah Jepang terhadap adanya mata-mata musuh yang tersebar di wilayah ini, yang kemudian melakukan pembasmian demi keselamatan Jepang. Meskipun demikian, di wilayah ini telah terjadi suatau tindakan brutal yang dilakukan oleh para tentara pemerintah pendudukan Jepang yang tidak mengenal adanya perikemanusiaan.

Alasan Jepang Membubarkan PETA

Akibat dari terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh para tentara PETA yang terjadi diberbagai daerah di Indonesia, akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, berdasarkan perjanjian kapitulasi Jepang dengan blok Sekutu, Tentara Kekaisaran Jepang memerintahkan para daidan batalion PETA untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka, dimana sebagian besar dari mereka mematuhinya. Presiden Republik Indonesia yang baru saja dilantik, Sukarno, mendukung pembubaran ini ketimbang mengubah PETA menjadi tentara nasional, karena tuduhan blok Sekutu bahwa Indonesia yang baru lahir adalah kolaborator Kekaisaran Jepang apabila ia memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini untuk dilanjutkan. Sehari kemudian, tanggal 19 Agustus 1945, panglima terakhir Tentara Ke-16 di Jawa, Letnan Jendral Nagano Yuichiro, mengucapkan pidato perpisahan pada para anggota kesatuan PETA.
semoga bermanfaat 


Tuesday, January 1, 2013

KEHAMILAN PATOLOGIS


  • Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang menyertai ibu saat hamil (Sujiyatini,2009:3). Patologi merupakan cabang bidang kedokteran yang berkaitan dengan ciri-ciri dan perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan bagian tubuh. Bidang patologi terdiri atas patologi anatomi dan patologi klinik. Ahli patologi anatomi membuat kajian dengan mengkaji organ sedangkan ahli patologi klinik mengkaji perubahan pada fungsi yang nyata pada fisiologis tubuh.
  • Patologi anatomi adalah spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis penyakit berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan molekuler atas organ, jaringan, dan sel. Di banyak negri, dokter yang berpraktek patologi dilatih dalam patologi anatomi dan patologi klinik, diagnosis penyakit melalui analisis laboratorium pada cairan tubuh.
  • Patologi anatomi mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi yang berguna secara klinis melalui pemeriksaan jaringan dan sel, yang umumnya melibatkan pameriksaan visual kasar dan mikroskopik pada jaringan, dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang dimanfaatkan untuk menvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada dan dikelilingi sel. Kini, patolog anatomi mulai mempergunakan biologi molekuler untuk memperolah informasi klinis tambahan dari spesimen yang sama. Ada beberapa macam patologi kebidanan yang harus di antisipasi oleh setiap bidan dan tenaga kesehatan lainnya : patologi kehamilan, patologi persalinan, patologi nifas, asuhan kebidanan patologi. Patologi kehamilan terdiri atas : Mola hidatidosa, Ketuban pecah dini, Abortus, Kehamilan lewat waktu, Persalinan preterm, Kehamilan ektopik, Solusio plasenta, Pre eklamsia, Eklamsia, Plasenta previa (Sujiatini, 2009).

TANDA BAHAYA KEHAMILAN TRIMESTER I
  • Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidakterdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).

1. PERDARAHAN PERVAGINAM

1. Abortus

a. Definisi
  • Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray,2002).
b. Etiologi
  • Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut :
  1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi : kelaina kromosom, lingkungan nidasi kurang sempurna, dan pengaruh luar.
  2. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV.
  3. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan serviks, dan retroversion uterus.
  4. Kelainan plasenta.
c. Klasifikasi
  • Klasifikasi abortus dalah sebagai berikut :
  1. Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, saat hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks.
  2. Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
  3. Abortus inkompletus adalah pengeliaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam uterus.
  4. Abortus kompletus adalan abortus yang hasil konsepsinya sudah dikeluarkan.
  5. Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uterus ekternum yang tidak membuka, sehinga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar, kurang lebih bundar dengan dinding.
  6. Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
  7. Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi lebih dari 3 kali.
  8. Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
d. Manifestasi klinis
  • Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan rasa perut nyeri bagian bawah.
e. Penatalaksanaan
  • Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila perdarahan terjadi selama kehamilan. Ibu harus istirahat total dan di anjurkan untuk relaksasi. Tetapi intravena atau transfusi darah dapat dilakukan bila diperlukan. Pada kasus aborsi inkomplet diusahakan untuk mengosongkan uterus melalui pembedahan. Begitu juga dengan kasus missed abortion jika janin tidak keluar spontan. Jika penyebabnya adalah infeksi, evakuasi isi uterus sebaiknya ditunda sampai dapat penyebab yang pasti untuk memulai terapi antibiotik (Mitayani, 2009:22-23).

2. Kehamilan ektopik

a. Definisi
  • Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum uterus. Implantasi dapat terjadi dituba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi (Murria,2002).
b. Etiologi
  • Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui, kemungkinan faktor yang memegang peranan adalah sebagai berikut.
  1. Faktor dalam lumen tuba : endosalfingitis, hipoplasia lumen tuba.
  2. Faktor dinding lumen tuba : endometriosis tuba, diventrikel tuba congenital.
  3. Faktor di luar dinding lumen tuba : perlengketan pada tuba, tumor.
  4. Faktor lain : migrasi ovarium, fertilisasi in vitro.
c. Manifestasi klinik
  • Manifestasi klini pada pasien dengan kehamilan ektopik adalah senagai berikut :
  1. Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada umumnya ibu menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vagina, uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
  2. Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosisnya.
  3. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk dalam syok.
  4. Perdarahan per vaginam merupakan salah satu tanda penting yang kedua pada kehamilan ektopik tergamggu (KET). Hal ini menunjukkan kematian janin.
  5. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya amenore bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi (Mitayani, 2009:30).
d. Penatalaksanaan
  • Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi.dalam tindakan demikian,beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:
  1. Kondisi ibu pada saat itu
  2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
  3. Lokasi kehamilan ektopik.
  4. Kondisi anatomis organ pelvis.
  5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
  6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
  • Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba Atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok , lebih baik dilakukan salpigektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belim pecah biasanya ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan (Mitayani, 2009:29-31).

3. Mola Hidatidosa

a. Definisi
  • Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan (Moctar, Rustam, dkk, 1998:238 dalam Sujiatini,2009).
  • Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik. Hamil anggur atau mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumot jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin” sehingga terbentuk jaringan permukaan membrane (villi) mirip gelombolan buah anggur (Sujiatini,2009).
b. Etiologi
  • Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :
  1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
  2. Imunoselektif dari tropobalast.
  3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi.
  4. Kekurangan protein.
  5. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (Moctar, Rustam, 1998: 238 dalam Sujiyatini,2009).
c. Patofisiologi
  • Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
  1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
  2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
  • Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan pathogenesis dari penyakit trofoblast : teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsobsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Studi dari hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat dari akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komlpit pada minggu ke tiga dan kelima. Adanya sirkulasi maternal yang terus-menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berpoliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan (Silvia, Wilson, 2000:467 dalam Sujiatini, 2009).
d. Gambaran klinik
  • Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan “mola hidatidosa” adalah:
  1. Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
  2. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
  3. Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
  4. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun uterus membesar setinggi pusat atau lebih.
  5. Preekalmsia atau eklamsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu (Mansjoer, Arif, dkk, 2001:266 dalam sujiyatini, 2009).
e. Penatalaksanaan Medik
  1. Penanganan yang biasa dilakukan pada pasien mola hidatidosa adalah : Diagnosis dini kan menguntungkan prognosis.
  2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis dini akan menguntungkan prognosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan evaluasi klinik dengan focus pada : a.Riwayat haid terakhir dan kehamilan, b.Perdarahan tidak teratus atau spotting, c.Perbesaran abnormal uterus, d.Perlunakan servik dan korpus uteri. Kaji uji kehamilan dengan pengenceran urin, pastikan tidak ada janin (Ballotement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis.
  3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
  4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau pervorasi uterus).
  5. Lakukan pengmatan lanjut hingga minimal 1 tahun (Sujiatini, 2009:8-9).

2. NYERI PERUT
  • Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik dan abortus (Kusmiyati, 2010:161).

3. MUAL DAN MUNTAH BERLEBIHAN

1. Hiperemesis Gravidarum

a. Definisi
  • Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga mengganggu pekerjaan sehari hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan trismeter 1, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu.sekitar 60-80% multigravida mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 diantara 1.000 kehamilan (Mitayani, 2009:40).
b. Etiologi
  • Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun diduga dipengarui oleh berbagai faktor berikut ini:
  1. Faktor presdisposisi seperti primigravida, molahidatidosa, dan kehamilan ganda.
  2. Faktor organik seperti alergi masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolic akibat kehamilan,dan resistensi ibu yang menurun.
  3. Faktor psikologis
c. Patofisiologi
  • Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah sehingga mempengarui sitem pencernaan, tetapi mual muntah yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,hiponatremia, hipokloromia, serta penurunan klorida urine yang selanjutnya mengakibatkan hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan dan menyebabkan tertimbunya zat toksik.
  • Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar.Selaput lendir esophagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-weiss),sehingga terjadi pendarahan gastrointestinal (Mitayani, 2009:40-41).
d. Manifestasi klinis
  • Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi menjadi tiga tingkatan:
1. Tingkat I
  • Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum,menimbulkan rasa lemah, penurunan nafsu makan, berat badan turun, dan nyeri epigastrium. Frekuensi nadi ibu biasanya naik menjadi 100 kali/menit,tekanan darah sistolik turun, turgor kulit menurun, lidah kering, dan mata cekung.
2. Tingkat II
  • Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu tubuh terkadang naik, serta mata sedikit ikterik. Berat badan ibu turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi, dan nafas bau aseton.
3. Tingkat III
  • Kesadaran ibu turun dari somnolen hingga koma, muntah berhenti, nadi cepat dan kecil, suhu meningkat, serta tekanan darah semakin turun.
e. Penatalaksanaan
  • Bila pencegahan tidak berhasil, maka diprlukan pengobatan dengan tahapan sebagai berikut:
  1. Ibu diisolasi di dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik. Kalori diberiakan secara perenteral dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehahri.
  2. Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan.
  3. Bila selama 24 jam ibu tidak muntah, coba berikan makan dan minum sedikit demi sedikit.
  4. Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.
  5. Pada keadaan lebih berat, diberikan antiemetic seperti metoklopramid, disiklomin hidroklorida, atau klopromazin.
  6. Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakitnya bias disembuhkan serta menghilangkan perasaan takut akan kehamilan dan konflik yang melatarbelakangi hiperemasis (Mitayani,2009:40-41).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Arikunto Suharsini, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta.
  2. Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
  3. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
  4. Mandriwati. 2008. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC.
  5. Mubarok, Wahit Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika.
  6. Maulana, Heri. 2009. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC
  7. Morgan, Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC.
  8. Monika. 2009. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku. http://www.infowikipedia.com. diakses pada tanggal 15 Juni 2010
  9. Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
  10. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
  11. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
  12. Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika.
  13. Sulistyani, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.
  14. Saminem. 2009. Kehamilan normal. Jakarta: EGC.
  15. Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan.Jogjakarta: Graha Ilmu
  16. Salmah.2006. Asuhan kebidanan antenatal. Jakarta: EGC.
  17. Suyanto dan Ummi Salamah. 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta: Mitra Cendekia.
  18. Varney, Helen. 2007. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta: EGC.
  19. Varney, Hellen.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 volume 1.Jakarta: EGC.
  20. Wawan, dkk. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
  21. Yeyeh, Rukiyah, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan 1 (kehamilan). Jakarta: CV Trans Info Media.
semoga bermanfaat 

Saturday, December 22, 2012

Mengapa Harus Ada Hari Ibu 22 Desember?


JIKA Anda punya account Facebook, cobalah lihat sejenak apa yang terjadi hari ini, 22 Desember. Jika Anda kebetulan membukanya, niscaya ribuan status yang ada di sana berisi tentang pujian, penghargaan, apresiasi, dan segala hal lainnya kepada seorang ibu. Begitu juga di surat kabar, televisi dan media-media lainnya juga sama membahas tentang kemuliaan seorang ibu. 22 Desember memang dinobatkan menjadi Hari Ibu—seperti yang kita ketahui.

Tidak ada yang salah dengan kemuliaan seorang ibu. Islam, sejak keberadaannya dan sejak dibawa oleh Rasulullah, telah meletakkan posisi seorang ibu dengan sangat tinggi. Ibu, ibu, ibu, baru kemudianlah ayah, yang wajib dihormati oleh seorang anak, begitu hadist Rasulullah saw yang sudah terkenal. Pemuliaan kepada seorang ibu terjadi setiap waktu, bukan hanya satu hari saja.

Tentu jika sekarang ada Hari Ibu, maka ada sesuatu yang lain di sana. Hari Ibu adalah hari peringatan/ perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya. Peringatan dan perayaan biasanya dilakukan dengan membebas-tugaskankan ibu dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya. Dan Hari Ibu dilaksanakan di seluruh dunia dengan nama Mother’s Day dengan berbeda-beda tanggalnya.

Menurut Wikipedia, Peringatan Mother’s Day di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah Yunani kuno. Maka, di negara-negara tersebut, peringatan Mother’s Day jatuh pada bulan Maret.

Di Amerika Serikat dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, peringatan Mother’s Day jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei karena pada tanggal itu pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara.

Jadi di sini, Hari Ibu bisa jadi kedudukannya sama dengan Hari Valentine, April Mop, Tahun Baru Masehi, Hari Bumi dan hari-hari lainnya yang bermuara pada kepercayaan pagan Yunani. Merayakannya sama saja dengan mengakui adanya kebiasaan-kebiasaan ritual itu.

Mungkin ada pembenaran; yah, nggak apa-apalah, satu hari dalam satu tahun, seorang ibu libur dulu dari tugas-tugas rutinnya. Ibnu Umar ra berkata, Sabda Rasulullah saw bersabda: “Wanita yang tinggal di rumah bersama anak-anaknya, akan tinggal bersama-samaku dalam surga.” Artinya, tidak ada berhenti atau cuti ketika sudah menjadi ibu—posisi yang sangat mulia dalam kehidupan. Adapun beban pekerjaan, bukankah Islam telah mengatur sedemikian rupa pendelegasian dengan suami hingga semua tugas dibagi rata antara suami dan istri?

Hadist di atas bukannya mengekang seorang perempuan atau seorang ibu. Kita tentu ingat bahwa Rasul juga membuka wilayah sosial untuk para muslimah ketika itu. Ada banyak kisah yang menceritakan keterlibatan para ummahat dalam dakwah Rasulullah, termasuk peperangan.

Lantas, dimanakah posisi lelaki? Mungkin satu hadist ini bisa menjadi petunjuk dari berbagai posisi lelaki dan perempuan dalam Islam, “Satu dinar yang kamu belanjakan ke jalan Allah, satu dinar yang kamu belanjakan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin, dan satu dinar yang kamu belanjakan untuk kepentingan keluarga, yang paling besar pahalanya adalah yang kamu belanjakan untuk kepentingan keluarga.”(HR Muslim).

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)’. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” 

semoga bermanfaat 


Friday, December 21, 2012

KRISIS IDENTITAS


Krisis identitas bukan bermakna orang yang tidak mengenal namanya, tetapi orang yang lupa fungsi dan perannya, krisis identitas muncul sebagai efek atau dampak seseorang yang mengalami degradasi konsep diri, konsep diri terkikis oleh kritik, terkikis oleh berbagai komentar negatif, terkikis oleh masukan dan saran yang terkesan bagus, terkesan melenakan tetapi sebenarnya merusak konsep diri. " DIRIMU ADALAH APA YANG KAMU PIKIRKAN", semakin lunak pemikiran kita terhadap diri, semakin kecil upaya kita untuk meningkatkan kapasitas diri, banyak keraguan, banyak ketidakpercayaan yang akhirnya mengikis kepercayaan diri.

     Konsep diri bukan hasil penggabungan beberapa bumbu rempah - rempah dan bahan - bahan masakan, konsep diri adalah akumulasi pengalaman hidup, akumulasi strategi menangani dan mengatasi masalah, akumulasi perenungan " WHO AM I?". Konsep diri adalah pengenalan diri secara mendalam berdasar analisis mendasar siapa sejatinya kita. Mengenal kelebihan dan kelemahan orang lain adalah hal yang mudah dibandingkan kita mengenal kelemahan dan kelebihan kita. Krisis identitas membuat penderitanya menjadi seorang peragu, seorang yang harus menunggu instruksi orang lain untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Krisis identitas membuat seseorang mengandalkan orang lain untuk melakukan segala hal, kehilangan kemandirian dalam banyak aspek kehidupan.

    Kehidupan berjalan dengan sangat keras, berjalan dengan kejam dan tidak memberi kesempatan atau ampunan kepada orang - orang yang merasa kalah, orang - orang yang mundur sebelum bertarung, kehidupan hanya mengajarkan satu hal " FIGHT OR FLIGHT", Jika menghadapi permasalahan kehidupan, HADAPI atau LARI?. Melarikan diri dari masalah bukan sebuah solusi tetapi sebuah ketakutan menghadapi kerasnya kehidupan, ketakutan jika gagal mengantisipasi.

     Setiap insan dilahirkan dengan naluri survival, naluri bertahan hidup, akan hidup seadanya atau hidup seperti yang diimpikannya, impian setiap orang juga beragam dan bermacam - macam. Jangan pernah menganggap remeh impian orang lain karena suatu saat anda hanya akan bengong dan terkagum - kagum ketika orang tersebut sudah mencapai keinginannya. Sebesar apapun impian anda, sebesar apapun pencapaian anda saat ini, jangan pernah meragukan orang lain bahwa kelak mereka juga akan menggenggam impiannya.

    Krisis identitas bermula dari gap antara harapan dan realita, jika harapan terlalu tinggi dan realita terlalu rendah maka seseorang akan ragu dengan kemampuan dirinya, akan ragu dengan semua kelebihannya, akan ragu dengan semua potensi yang dia miliki. Krisis identitas sering diistilahkan oleh anak gaul dengan GALAU, dibutuhkan sebuah strategi menangani dan mengatasi galau, dibutuhkan sebuah kekuatan mental dan kekuatan fisik untuk mengatasi galau.

     Harapan atau impian yang terlalu tinggi memang baik tetapi lebih baik lagi memiliki impian berjenjang ( menjadi yang terbaik dikelas, menjadi terbaik di nasional, menjadi terbaik di internasional). Impian berjenjang atau bertahap membuat gap antara realita dan harapan tidak terlalu besar, kesenjangan antara realita dan harapan sangat pendek sehingga upaya keras untuk mencapainya juga lebih sistematis dan berjenjang, ketika pencapaian berjalan sistematis seperti menaiki anak tangga maka bukan mustahil apapun yang diimpikan akan tercapai.

     Contoh seorang pebisnis sukses Bob Sadino, memulai impian dengan memiliki bisnis mensupplai telur ayam kampung, kemudian mendirikan toko pensupplai ayam kampung dan daging ayam sekarang memiliki mall yang mensupplai daging dan telur untuk dalam negeri dan luar negeri. sebuah impian dan langkah yang berjenjang. Contoh kedua adalah Profesor Rhenald Kasali ( SD, SMP, SMA, S1, S2, S3) melewati pendidikan yang berjenjang. Jika anda merasa memiliki krisis identitas, coba evaluasi apakah harapan - harapan anda terlalu tinggi? apakah langkah anda mencapai impian sudah sistematis, apakah kelebihan anda sudah menunjang pencapaian impian? apakah semua peluang dan tantangan yang ada sudah anda prediksi sejak awal?


     Pakar otak kanan mengajarkan " LAKUKAN" tetapi dengan kombinasi otak kanan dan otak kiri maka akan menjadi " RENCANAKAN dan SEGERA LAKUKAN kemudian EVALUASI PELAKSANAAN!. jika semua langkah - langkah refleksi dan perbaikan sudah anda lakukan masih mengalami krisis identitas maka saatnya melakukan pelatihan LIFE REVOLUTION bersama Tung Desem Waringin atau GOLDEN WAYS nya Mario Teguh.
semoga bermanfaat 


Harga Diri Rendah


1. Pengertian
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.

2. Tanda dan gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:

Data subjektif:
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
c. Perasaan tidak mampu
d. Rasa bersalah
e. Sikap negatif pada diri sendiri
f. Sikap pesimis pada kehidupan
g. Keluhan sakit fisik
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi
i. Menolak kemampuan diri sendiri
j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
k. Perasaan cemas dan takut
l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
m. Mengungkapkan kegagalan pribadi
n. Ketidak mampuan menentukan tujuan

Data objektif:
a. Produktivitas menurun
b. Perilaku destruktif pada diri sendiri
c. Perilaku destruktif pada orang lain
d. Penyalahgunaan zat
e. Menarik diri dari hubungan sosial
f. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah

3. Penyebab
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung, kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C, 1998: 366). Menurut Carpenito, L.J (1998: 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku atau kognitif). Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998: 312) koping individu tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntunan kehidupan dan peran.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, individu yang mempunyai koping individu tidak efektif akan menunjukkan ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri atau tidak dapat memecahkan masalah terhadap tututan hidup serta peran yang dihadapi. Adanya koping individu tidak efektif sering ditunjukkan dengan perilaku (Carpenito, L.J, 1998:83; Townsend, M.C, 1998:313) sebagai berikut:

Data subjektif :
a. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta bantuan
b. Mengungkapkan perasaan khawatir dan cemas yang berkepanjangan
c. Mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran

Data Objektif :
a. Perubahan partisipasi dalam masyarakat
b. Peningkatan ketergantungan
c. Memanipulasi orang lain disekitarnya untuk tujuan-tujuan memenuhi keinginan sendiri
d. Menolak mengikuti aturan-aturan yang berlaku
e. Perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain:
f. Memanipulasi verbal/perubahan dalam pola komunikasi
g. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
h. Penyalahgunaan obat terlarang

4. Akibat

Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes RI, 1998:336). Isolasi Sosial menarik diri sering ditunjukkan dengan perilaku antara lain:

Data subjektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain

Data Objektif
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara

C. Data yang perlu dikaji pada diagnosa Isolasi sosial :menarik diri

Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
Klein mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain
Merusak diri sendiri
Merusak orang lain
Ekspresi malu
Menarik diri dari hubungan sosial
Tampak mudah tersinggung
Tidak mau makan dan tidak tidur
Tampak ketergantungan pada orang lain
Tampak sedih dan tida melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan
Wajah tampak murung
Ekspresi wajah kosong,
Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
Suara pelan dan tidak jelas
Hanya memberijawaban singkat (ya/tidak)
Menghindar ketika didekati
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan harga diri rendah

F. FOKUS INTERVENSI

Pasien
SP 1
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Keluarga
SP 1
1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. menjelaskan cara - cara merawat pasien harga diri rendah

SP 2
1. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
2. melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah

SP 3
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. menjelaskan follow up pasien setelah pulang

G. DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

2. DepKes RI, (1989). Petunjuk Teknik Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Skizofrenia, Direktorat Kesehatan Jiwa, Jakarta.

3. Keliat, B.A, (1994). Seri Keperawatan Gangguan Konsep Diri, Cetakan II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

4. Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta

5. Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikitari (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
semoga bermanfaat